I love the way Holly Black exposed the character, especially on how they think and feel.
The Curse Worker Series consisted of 3 books: White Cat (Book 1), Red Glove (Book 2) and Black Heart (Book 3), but I think you can read it independently. I read the 2nd book first. But the strong opening in White Cat makes me fall in love with it.
“I wake up barefoot, standing on cold slate tiles. Looking dizzily down. I suck in a breath of icy air. Above me are stars. Below me, the bronze statue of Colonel Wallingford makes me realize I’m seeing the quad from the peak of Smythe Hall, my dorm. I have no memory of climbing the stairs up to the roof. I don’t even know how to get where I am, which is a problem since I’m going to have to get down, ideally in a way that doesn’t involve dying.” (White Cat, Holly Black, Chapter I)
The main character is Cassel Sharpe, a 17 years old boy who, for me, feels trapped and choose to become an almost compulsive liar, mostly lying to him self, keep his head low while trying to solve the problem and danger caused by his dark magic power (transformation curse, an ability to change anything into anything he wanted) and family. He loves his family and friends, but he knows he brings danger, his memory has been purposedly erased and changed and that makes him believe he killed his best friend Lila, and that’s why he tries to stay away from everybody.
Only people seem just could not stay away from him.
Black put his character as the first person point of view, which I think is quite brave since everything will be limited to this person’s view. But Holly knows better in playing the emotion. She made it so visual I read it just like I watch a movie.
In each book, you can see everything is starting to grow. Starting from the 1st book where Cassel accidentally found out about his dark magic power and start to know the truth about his memories that have been cut off by his own brother. That he did not kill his best friend the way he always think and feeling guilty about it. Lila is still alive, Cassel is not a killer and he needs to find a way to save her, save his family, and also him self. In the 2nd book, Cassel’s oldest brother was killed and the FBI agent is starting to open a murder case which is most likely related to Cassel’s dark magic ability, transformation. Working with FBI agent will expose Cassel’s family, who are illegally working for the most dangerous mobster at that time, Lila’s father. At the same time, Cassel’s mom, an emotion worker, has turned Lila emotion and made her loving Cassel blindly. Cassel feels tortured because he realized that he loves Lila, but Lila’s feeling for him was not real. In the 3rd book, Cassel got involved deeper with the FBI agents, and his mom was deeply involved with a corrupted politician with unstable emotion, running the government against FBI and the Mob. Lila has officially become a member of his father’s mobster business. FBI has approached Cassel to join them so they can use his ability to prevent dangerous statement from the governor. In this final book, Cassel, once again, tortured between loving his family and Lila, he tried to escape from the FBI’s trap and the Mob.
I read these book more than 3 times. I just feel not get enough Holly Black’s juicy way in expressing Cassel’s feelings.
Bersama teman-teman les Bahasa Perancis…keep learning new things…new language…other culture…
Tidak terasa saya sudah lebih dari 3 tahun tinggal di Balikpapan.
Awalnya saya pikir Balikpapan itu masih hutan (o’on.com), tapi setelah diterbangkan ke sana untuk interview, pandangan saya berubah.
Ada kota di tengah hutan (teteup). hehehehe…
Saya becanda.serius.becanda.
OK let’s stop it.
Balikpapan bagi saya (lama-lama) bisa jadi kota favorit.
Udah gak macet, bersih, teratur, fasilitas publik cukup lengkap, rame dan orang-orangnya gak ada lagi yang asli Balikpapan.
Lha kenapa gak ada orang-orang asli jadi poin positif bagi saya?
Ya karena dengan demikian, saya yang sudah kelamaan tinggal di Jakarta (Bandung numpang lahir doank, kalo ke sana masih berasa tamu. Ditanya tahu tempat XXXX, or YYYY, maka jawabannya “Ngggg…..” lalu nyengir—> begitulah) langsung tune in dan tidak merasa sulit untuk beradaptasi dengan kehidupan kotanya.
Di Balikpapan, penduduknya sudah campur baur mulai dari bule-bule (berbagai negara, kebanyakan Perancis), orang Jakarta (banyak abis), orang Jawa, Bugis, Batak, Sunda, Jawa (did I mention this one? maap dua kali, abis banyak sih), Samarinda, dkk, dll.
Perkembangan kotanya pun menurut saya sangat pesat mulai dari 2009 sampai sekarang.
Ngomong-ngomong sadarkah Anda saya sejak tadi banyak sekali menggunakan kata “mulai” dan “dari”?
Kurang kreatif nih ah.
Anyway…
Kalau pakai kategori anak muda (????–>maap saya males kalo harus ilmiah…udah pernah waktu kuliah, di sini seenaknya dikit boleh yak), nyang dulunya gak ada Star Bucks, sekarang udah ada dua (iya, ukuran ini memang agak dodol, nyebutin merek pulak). Dari yang Gramedianya kecil banget dan bikin frustasi (apa inihhh??? buku tulis doank isinyah???—>reaksi pertama kali ke Gramedia Balikpapan), sekarang sudah jadi gede dan lumayan banyak koleksi bukunya, membuatku mencintainyah. Bahkan sekarang ada dua Toko Periplus dan satu Toko Buku Times…eh maap, Periplus baru aja tutup 30 September 2012 (huhuhuhuhu…tapi akan ada 1 lagi Times sebagai penggantinya–> amiin).
Rumah Sakit? Mulai dari RS Pertamina Internasional, sampai sekarang ada Siloam (dengan Times book store-nya).
Mall?
Hohohoho….jangan khawatir.
Bagi mereka yang emang demennya ke mall , sudah ada 2 mall besar di Balikpapan. Yang saya maksud besar adalah:
1. Kalo jalan keliling mall mayan capek, ya kira-kira butuh 30 menitlahhhh, 5 jam kalo sprint 50 kali keliling mungkin
2. Ada Star Bucks dan The Body Shop yang herannya laku (target marketnya berarti udah laen)
3. Ada bioskop minimum XXI
4. Ada banyak ATM (biar pada ngabisin duitnya di mall)
5. Ada banyak resto dengan menu internasional, mulai dari sushi, makanan itali, ama chinese food (is it international menu?–>emang masih bego…maapkan) and tentu saja…McDonalds (ni franchise bused dah laku bener).
Selain mal besar di atas, fasilitas lain yang membuat saya merasa Balikpapan cukup lengkap antara lain ada beberapa sekolah internasional, mulai dari French School, British School, termasuk sekolah nasional plus seperti GLobal Islamic School…plus ada Ace Hardware dan Informa yang juga menunjang kehidupan di kota ini.
Tampaknya hidup di Balikpapan relatif nyaman dan tidak menakutkan seperti yang kayaknya dibayangkan orang.
Kadang-kadang saya malah merasa Balikpapan gak beda jauh dengan Jakarta, cuma versi mininya saga (fasilitas publik, institusi pendidikan sampe hiburannya emang masih lebih minim siiiy) dan jauh lebih teratur serta bersih, relatif lebih aman, tapi dengan ironi kota energi yang sering mati lampu dengan kualitas air yang rendah sehingga punya generator dan penyaring air menjadi kebutuhan utama (jadinya mirip Jakarta apa enggak ya?). Kalau pemerintah kotanya membiarkan kota ini begitu aja tanpa menjaga kuantitas mobil pribadi dan memperbaiki sistem transportasi, bakalan macet-macet juga dan terpolusi seperti Jakarta (doh mudah-mudahan jangan donk).
Sayangnya, institusi pendidikan untuk umum sepertinya masih kurang berkembang, baik dari jumlah maupun kualitas, begitu pula bisnis-bisnis terkait pendidikan seperti kursus bahasa asing (mungkin sayanya aja kali ya yang kuper).
Kalau tidak disokong oleh perusahaan-perusahaan asing yang ada, mungkin tidak akan ada Allianze Francais atau sekolah KPS (konsorsium beberapa perusahaan migas).
Tadinya saya berpikir, dengan beragamnya penduduk yang kebanyakan “imigran” dari kota-kota besar lainnya, di antara mereka pun banyak yang bekerja di perusahaan asing dan berskala internasional, juga banyaknya orang asing yang berkeliaran, maka saya berasumsi komunitas bacanya juga besar dan berkembang, dan dengan daya beli yang relatif tinggi, maka toko-toko buku termasuk yang menjual buku impor akan bisa bertahan.
Kenyataannya sampai hari ini hanya Gramedia yang masih ramai dikunjungi pengunjung dan barang-barangnya benar-benar dibeli (itu pun kalau saya amati memang yang banyak dibeli adalah alat tulis). Periplus sudah tutup padahal baru ada kira-kira setahunan. Times sepertinya masih bertahan karena ada RS Siloam.
Yang justru semakin hip memang fasilitas perumahan dan even-even hiburan. Konser musik semakin banyak (yang mana di satu sisi ya bagus-bagus aja biarpun saya lebih memilih kegiatan lain), bioskop, tempat nongkrong or tempat makan.
Tempat clubbing? Kayaknya yang satu ini mah tidak akan pernah mati. Hotel-hotel bintang 4 dan 5 sepertinya hampir selalu penuh karena seringnya meeting atau kunjungan bisnis pegawai-pegawai perusahaan migas, termasuk digunakan sebagai tempat rekrutmen maupun training.
Di satu sisi, Balikpapan memang berkembang pesat, tapi di sisi lain, saya bertanya-tanya sebenarnya kota ini ciri khasnya apa sih? Apa yang asli Balikpapan selain seafoodnya (yang btw, ueeenaaaakkk…..) serta batu-batu etnik atau batik sasirangan di pasar kebon sayur?
I guess deleting a page is easier than writing a lame posting.
Udah lama banget euy kagak nulis nulis. Call it writers block….or whatever those fancy words…yang pasti mungkin emang ini ciri-ciri orang yang baru belajar nulis. You feel passionate about writing…you dream someday you can publish your own books…but you just keep missing the time for reading and not put enough efforts to write.
I guess it is never too late to start over. Or just actually start a new thing. As long as you believe in it.
A friend of mine has decided to try a completely new career. She did it without any fear. I mean, with the hard economy this year, declining oil price, uncertainty upon presidential election, and definitely more expensive living expense, she put an example how to start your dream now. Even if you need to start it from a small one. And she believe her decision will bring her and her family a better life. A happier one.
So I guess that is what I’m doing now.
Starting over.
Doesn’t work? Keep trying.
Feel cannot bear? Double dare.
(see? I’m babling. Ciri2 otak udah mulai ngehang).